FUZZY LINEAR PROGRAMING UNTUK PEMILIHAN JENIS KENDARAAN DALAM MENGANTISIPASI KEMACETAN LALU LINTAS DI KALIMALANG
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimalang adalah sebuah
sungai yang menyuplai air ke PAM (Perusahaan Air Minum) untuk masyarakat kota
Jakarta dan sekitarnya. Berjarak 20 kilometer berawal dari kawasan Cawang
sampai Bekasi.
Jalan
Raya Kalimalang mulai dari Cawang Baru – Pondok Bambu – Cipinang Melayu –
Pondok Kelapa – Lampiri – Transito – Sumber Arta – Jakapermai – Galaxy – Bumi
Satria Kencana dan berakhir di Mall Metropolitan Bekasi. Sumber air baku
Kalimalang ini berasal dari Waduk Jatiluhur Purwakarta, tepatnya berasal dari
aliran Sungai Citarum. Adapun bagian hulu Sungai Kalimalang ini, berasal dari
Bendungan Curug. Bendungan Curug terletak di Desa Curug Kecamatan Klari
Kabupaten Karawang Jawa Barat.
Istilah
Kalimalang identik dengan jalan yang berada di samping kali atau sebuah sungai
yang tidak lazim, umumnya bentuk sungai itu dari hulu sampai hilir, atau dari
pegunungan menuju ke laut, tetapi Sungai Kalimalang ini bentuknya melintang
dari waduk Jatiluhur Purwakarta tepatnya dari Bendungan Curug Klari Karawang ke
Halim Jakarta tidak menuju ke laut, oleh karena itu disebut Kalimalang.
Salah
satu permasalahan yang saat ini masih menjadi topik utama adalah mengenai
sarana transportasi yang berkaitan erat dengan kemacetan di jalan sekitar
Kalimalang. Kemacetan lalu lintas yang sebenarnya merupakan sebuah hal yang
lumrah namun tidak demikian di ruas jalan ini. Kemacetan yang sangat parah
sudah merupakan menu wajib bagi setiap pengguna jalan ini. Kemacetan yang
menurut penggunanya menjadi masalah ini disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya: jalan rusak parah, jalan berlubang, banjir di Cipinang Melayu,
lampu lalu lintas mati, angkutan umum/ mini bus mogok, kecelakaan lalu lintas,
dan lain-lain.
PT.
Waskita Toll Road adalah salah satu anak cabang dari PT. Waskita Karya yang
bergerak dibidang infrastruktur dan pemeliharaan jalan. PT. Waskita Toll Road
bekerja sama dengan PT. Kusuma Kresna Dyandra Marga dan PT. Virama Karya untuk
melakukan pembangunan guna mengatasi kemacetan di jalan Kalimalang dengan
melakukan pembangunan infrastruktur yang berbasis jalan layang (fly over) di atas Kalimalang. Jalan
layang yang direncanakan akan menghubungkan Jakarta Timur dan Kota Bekasi ini
diberi nama Jalan Tol Bekasi – Cawang – Kampung Melayu (Becakayu). Jalan tol
ini memiliki panjang 21,04 km. Proyek ini sebenarnya sudah mulai dikerjakan
sejak tahun 1996 kemudian proyek ini dihentikan dan kembali dilanjutkan proyek
ini pada tahun 2014 dan ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2018.
Terdapat
beberapa masalah yang terdapat pada proyek ini, contohnya permasalahan yang terjadi
adalah lokasi pekerjaan konstruksi tersebut berada tepat di depan rumah warga
yang akses jalannya sangat padat, membutuhkan metode pekerjaan yang signifikan
dan untuk proses pekerjaan konstruksi sangat sangat disesuaikan dengan keadaan
di lapangan dan masalah selanjutnya yaitu banyaknya persimpangan jalan dimana
pada persimpangan ini jalannya tidak terlalu lebar membuat terjadinya kemacetan
karena kondisi jalan yang sudah tidak sanggup menampung jumlah volume kendaraan
yang setiap hari semakin bertambah.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
apa yang menjadi penyebab utama terjadinya kemacetan di Kalimalang tersebut.
2. Mengetahui jenis
kendaraan yang sesuai untuk mengantisipasi kemacetan yang terjadi di Kalimalang.
3. Mengetahui
efektifitas waktu masing-masing jenis kendaraan.
1.3 Batasan Masalah
Kurang efektifnya Jalan Tol Becakayu
membuat kemacetan di Kalimalang tidak bisa dihindarkan lagi, dengan banyaknya
persimpangan yang ada di Kalimalang maka Tugas Penelitian ini membatasi masalah
yang akan dibahas agar mendapatkan hasil pembahasan yang sesuai yaitu
kemacetan.
Kemacetan yang terjadi di Kalimalang
sebagian besar disebabkan karena banyaknya persimpangan dan kurang tertibnya
para pengguna kendaraan dalam berlalu lintas membuat arus lalu lintas
menjadi tidak terkendali. Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Membahas
metode yang sesuai untuk menyelesaikan masalah kemacetan yang terjadi di Kalimalang.
2. Membahas
tentang keuntungan dan kelemahan masing-masing jenis kendaraan saat melintas di Kalimalang.
3. Membahas
perhitungan waktu setiap jenis kendaraan saat melintas di Kalimalang.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Riset Operasi mencakup 2 kata yakni riset yang harus
menggunakan metode
ilmiah serta operasi
berhubungan dengan suatu proses (proses produksi, proses
pengiriman barang atau militer atau senjata, proses pemberian pelayanan dengan
melalui suatu antrian yang panjang).
Menurut Operation Research Society Of
America (ORSOF), Riset
Operasi tersebut berkaitan dengan adanya pengambilan keputusan dengan secara
ilmiah dan juga bagaimana membuat suatu model yang baik didalam merancang serta
menjalankan sistem yang dengan melalui alokasi sumber daya yang terbatas.
Menurut Operation Research Society Of Great Britain (MORSOGB), Riset Operasi adalah suatu penerapan metode-metode ilmiah didalam suatu
masalah yang komplek dan merupakan suatu pengolahan sistem manajemen yang
besar, baik itu menyangkut manusia, mesin, bahan serta uang dalam suatu
indutri, bisnis, pemerintahan dan juga pertahanan.
Pendekatan tersebut menggabungkan dan juga menerapkan metode ilmiah yang
sangat komplek didalam pengolahan manajemen dengan menggunakan faktor-faktor
produksi yang terdapat dan digunakan dengan secara efisien serta efektif untuk
dapat membantu pengambilan suatu keputusan dalam kebijakan suatu perusahaan.
Model-model dalam Riset Operasi
Model Iconic (Psychical)
Model iconic adalah suatu model yang
bentuk penyajiannya itu berupa fisik dari apa yang sudah ada, misalkan buku,
meja dan lain sebagainya. Model tersebut dapat diamati, diraba, dan
dijelaskan, namun tetapi sulit untuk dapat dimanipulasi.
Model Analog
Model analog mempunyai kelebihan dari
model sebelumnya, didalam model analog ini suatu kondisi bisa dianalogikan
dengan melalui ciri-ciri yang ada, misalnya ialah pada jam dinding yang
menunjukan jarum jam yang paling pendek tersebut menandakan waktu jam, yang
lebih panjang menunjukan itu menit serta yang bergerak tiap detiknya menunjukan
detik.
Model Matematik
Model matematik menggunakan simbol-simbol
matematika didalam penggunaannya. Terdapat 2 model matematik, yakni model deterministik
(membahas dalam situasi yang pasti, misalnya 5+5=10) serta probablistik (membahas
dalam situasi yang tidak pasti, misalnya apakah hari ini akan cerah?).
Teknik-teknik Pemecahan Masalah dalam
Riset Operasi
Linear Programing
Linear
programming (program linier) adalah salah satu teknik penyelesaian dari riset
operasi dalam hal tersebut adalah khusus menyelesaikan masalah-masalah optimasi
(memaksimalkan atau juga meminimumkan) namun tetapi hanya terbatas pada
masalah-masalah yang dapat diubah untuk menjadi fungsi linier. Demikian juga
pada kendala-kendala yang ada dapat berbentuk linier.
Metode Dualitas
Dengan Secara
sitematis, dualitas adalah suatu alat bantu masalah Linier Programing, yang
secara langsung dapat didefinisikandari persoalan aslinya (LP Primal).
Metode Transportasi
Metode
transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk dapat mengatur distribusi
dari sumber-sumber yang menyediakan suatu produk, ke tempat-tempat atau daerah
yang membutuhkan, dengan secara optimal.
Teori Jaringan Kerja
Teori
jaringan kerja merupakan gabungan dari 2 tekhnik analisi, yakni Critical Path Method (CPM) serta Project Evaluation and Review Technique (PERT) yang
digunakan ialah untuk perencanaan, penjadwalan, pengawasan, serta
pengambilan suatu keputusan terhadap proyek yang sedang berjalan.
Metode Simpleks
Metode simpleks merupakan suatu metode
yang dengan secara matematis dimulai dari suatu pemecahan dasar yang feasibel
(basic feasible solution) ke dalam pemecahan dasar feasibel lainnya serta
dilakukan secara berulang-ulang (iteratif) sehingga pada akhirnya diperoleh
pemecahan dasar yang optimum. Metode grafik tersebut tidak dapat menyelesaikan
persoalan linear program yang mempunyai variabel keputusan yang cukup besar /
lebih dari 2 , maka untuk menyelesaikannya digunakan Metode Simpleks.
2.2 Metode
Penelitian
Dari
data yang ada kemacetan yang terjadi dibagi menjadi tiga kategori yaitu pagi
(06.30 – 08.30), siang (12.00 – 13.30) dan sore (16.00 – 19.00) di modelkan
menjadi X1, X2, X3 dan X4.
Sedangkan untuk mengantisipasi kemacetan dipilih beberapa jenis kendaraan yaitu
sepeda motor, mobil pribadi, angkot dan taksi dengan taksiran waktu tempuh yang
bersesuaian. Namun untuk waktu tempuh diberikan toleransi penambahan atau
pengurangan waktu (misalkan penambahan 10% dari waktu yang ditetapkan), kerana
adanya kemungkinan waktu tempuh yang terjadi bisa lebih lama atau lebih cepat
dari taksiran sebelumnya. Hasil pemodelan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
1,
Hasil Pemodelan Kasus
Jenis Kendaraan
|
Jenis Kemacetan
|
Waktu Tempuh
|
Satuan
|
|||
X1
|
X2
|
X3
|
Waktu Awal
|
Toleransi
|
||
Sepeda Motor
|
30
|
20
|
30
|
30
|
10%*30 = 3 (P1)
|
menit
|
Mobil Pribadi
|
30
|
30
|
40
|
60
|
10%*60 = 6 (P2)
|
menit
|
Angkutan Umum
|
35
|
35
|
40
|
60
|
10%*60 = 6 (P3)
|
menit
|
Taksi
|
30
|
30
|
30
|
40
|
10%*40 = 4 (P4)
|
menit
|
Waktu Terbaik
|
60
|
30
|
60
|
menit
|
Dari
data pada tabel dapat ditulis persamaan Z = 60X1 + 30X2 +
60X3 dengan batasan
30X1
+ 20X2 + 30X3 ≤ 30 + 3t
30X1
+ 30X2 + 40X3 ≤ 60 + 6t
35X1
+ 35X2 + 40X3 ≤ 60 + 6t
30X1
+ 30X2 + 30X3 ≤ 40 + 4t
X1,
X2, X3 ≥ 0
Kemudian
penyelesaian dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut :
Untuk
kasus t = 0 (λ = 1), maka modelnya berubah menjadi: Persoalan di atas dapat
diubah menjadi permasalahan program linear klasik, jika ketiga batasan tidak
memiliki toleransi interval (nilai t = 0) P1, P2, P3,
P4 = 0. Dengan demikian maka penyelesaian persoalan diatas dapat
diselesaikan dengan metode simpleks seperti berikut ini: Jika P1, P2,
P3, P4 = 0, maka bentuk standar program linear diartas
adalah:
Memaksimumkan:
Z - 60X1 - 30X2 - 60X3 = 0
Dengan
batasan:
30X1
+ 20X2 + 30X3 + S1 = 30
30X1
+ 30X2 + 40X3 + S2 = 60
35X1
+ 35X2 + 40X3 + S3 = 60
30X1
+ 30X2 + 30X3 + S4 = 40
Tabel 2, Solusi Awal dengan Metode Simpleks
Basic
|
Z
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
S4
|
Solusi
|
|
Z
|
1
|
-60
|
-30
|
-60
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
S1
|
0
|
30
|
20
|
30
|
1
|
0
|
0
|
0
|
30
|
1
|
S2
|
0
|
30
|
30
|
40
|
0
|
1
|
0
|
0
|
60
|
1,5
|
S3
|
0
|
35
|
35
|
40
|
0
|
0
|
1
|
0
|
60
|
1,71
|
S4
|
0
|
30
|
30
|
30
|
0
|
0
|
0
|
1
|
40
|
1,333
|
Keterangan
:
Variabel
masuk : X3
Variabel
Keluar : S1
2.3 Hasil
dan Pembahasan
Hasil
akhir dari metode ini diperoleh nilai optimum dengan Z = 60, X1 = 1,
X2 = 0 dan X3 = 0
Untuk
kasus t = 1 (λ = 0), maka modelnya berubah menjadi:
Memaksimumkan:
Z - 60X1 - 30X2 - 60X3 = 0
Dengan
batasan:
30X1
+ 20X2 + 30X3 + S1 = 33
30X1
+ 30X2 + 40X3 + S2 = 66
35X1
+ 35X2 + 40X3 + S3 = 66
30X1
+ 30X2 + 30X3 + S4 = 44
Tabel 3, Solusi
Awal dengan Metode Simpleks
Basic
|
Z
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
S4
|
Solusi
|
|
Z
|
1
|
-60
|
-30
|
-60
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
S1
|
0
|
30
|
20
|
30
|
1
|
0
|
0
|
0
|
33
|
1,1
|
S2
|
0
|
30
|
30
|
40
|
0
|
1
|
0
|
0
|
66
|
1,65
|
S3
|
0
|
35
|
35
|
40
|
0
|
0
|
1
|
0
|
66
|
1,65
|
S4
|
0
|
30
|
30
|
30
|
0
|
0
|
0
|
1
|
44
|
1,46
|
Keterangan:
Variabel
masuk : X3
Variabel
Keluar : S1
Hasil
akhir dari metode ini diperoleh nilai optimum dengan Z = 66, X1 =
1,1 , X2 = 0 dan X3 = 0. Dari kedua hasil (t = 1 dan t =
0) dapat ditentukan nilai P0, yaitu hasil pengurangan dari Z pada
saat t = 1 dengan Z pada saat t = 0 (66 – 60 = 6).
Untuk
menghitung nilai λ – cut digunakan nilai λ = 1 – t, sehingga dapat diperoleh
bentuk fuzzy linier programing sebagai berikut :
Maksimumkan
λ dengan batasan:
6λ
– (60X1 + 30X2 + 60X3) ≤ 6 – 66 = - 60
3λ
+ 30X1 + 20X2 + 30X3 ≤ 3 + 30 = 33
6λ
+ 30X1 + 30X2 + 40X3 ≤ 6 + 60 = 66
6λ
+ 35X1 + 35X2 + 40X3 ≤ 6 + 60 = 66
4λ
+ 30X1 + 30X2 + 30X3 ≤ 4 + 40 = 44
λ,
X1, X2, X3 ≥ 0
Sehingga
menjadi
Maksimumkan
λ dengan batasan:
-6λ
+ 60X1 + 30X2 + 60X3 ≥ 60
3λ
+ 30X1 + 20X2 + 30X3 ≤ 33
6λ
+ 30X1 + 30X2 + 40X3 ≤ 66
6λ
+ 35X1 + 35X2 + 40X3 ≤ 66
4λ
+ 30X1 + 30X2 + 30X3 ≤ 44
λ,
X1, X2, X3 ≥ 0
Selanjutnya
dilakukan defuzzyfikasi dengan menambah variabel slack
Maksimumkan
Z = λ dengan batasan:
-6λ
+ 60X1 + 30X2 + 60X3 – S1 + R1 = 60
3λ
+ 30X1 + 20X2 + 30X3 + S2 = 33
6λ
+ 30X1 + 30X2 + 40X3 + S3 = 66
6λ
+ 35X1 + 35X2 + 40X3 + S4 = 66
4λ
+ 30X1 + 30X2 + 30X3 + S5 = 44
λ,
X1, X2, X3, S1 , S2 , S3
, S4 , S5 ≥ 0
Persamaan
linier ini harus diselesaikan dengan 2 tahap sebagai berikut:
Tahap 1
Menyelesaikan
program linier:
min:
r = R1
dengan
batasan:
-6λ
+ 60X1 + 30X2 + 60X3 – S1 + R1
= 60
3λ
+ 30X1 + 20X2 + 30X3 + S2 = 33
6λ
+ 30X1 + 30X2 + 40X3 + S3 = 66
6λ
+ 35X1 + 35X2 + 40X3 + S4 = 66
4λ
+ 30X1 + 30X2 + 30X3 + S5 = 44
λ,
X1, X2, X3, S1 , S2 , S3
, S4 , S5 + R1≥ 0
Diperoleh
variabel basic : R1, S1, S2, S3, S4,
S5 karena R1 muncul di persamaan r maka harus
disubtitusikan dengan batasan pertama.
R1
= 60 + 6λ - 60X1 - 30X2 - 60X3 + S1
Sehingga
menjadi:
Min:
r = 60 + 6λ - 60X1 - 30X2 - 60X3 + S1
Dengan
batasan:
-6λ
+ 60X1 + 30X2 + 60X3 – S1 + R1
= 60
3λ
+ 30X1 + 20X2 + 30X3 + S2 = 33
6λ
+ 30X1 + 30X2 + 40X3 + S3 = 66
6λ
+ 35X1 + 35X2 + 40X3 + S4 = 66
4λ
+ 30X1 + 30X2 + 30X3 + S5 = 44
λ,
X1, X2, X3, S1 , S2 , S3
, S4 , S5 + R1≥ 0
Tabel 4, Solusi Awal dengan Metode Simpleks
Basic
|
r
|
λ
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
S4
|
S5
|
R1
|
Solusi
|
|
r
|
1
|
-6
|
60
|
30
|
60
|
-1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
60
|
|
R1
|
0
|
-6
|
60
|
30
|
60
|
-1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
60
|
1
|
S2
|
0
|
3
|
30
|
20
|
30
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
33
|
1,1
|
S3
|
0
|
6
|
30
|
30
|
40
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
66
|
1,65
|
S4
|
0
|
6
|
35
|
35
|
40
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
66
|
1,65
|
S5
|
0
|
4
|
30
|
30
|
30
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
44
|
1,46
|
Keterangan:
Variabel
masuk : X3
Variabel
Keluar : R1
Tabel 5,
Solusi Baru dengan Metode Simpleks
Basic
|
r
|
λ
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
S4
|
S5
|
R1
|
Solusi
|
r
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-1
|
0
|
X3
|
0
|
-0,1
|
1
|
0,5
|
1
|
-0,016
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,016
|
1
|
S2
|
0
|
3,2
|
28
|
19
|
28
|
0,032
|
1
|
0
|
0
|
0
|
-0,032
|
31
|
S3
|
0
|
6,2
|
28
|
29
|
28
|
0,032
|
0
|
1
|
0
|
0
|
-0,032
|
64
|
S4
|
0
|
6,2
|
33
|
34
|
38
|
0,032
|
0
|
1
|
1
|
0
|
-0,032
|
64
|
S5
|
0
|
4,2
|
28
|
29
|
28
|
0,032
|
0
|
0
|
0
|
1
|
-0,032
|
42
|
Tahap 2
Menyelesiakan
program linier dengan maks Z = λ dengan menggunakan tabel 5 sebelumnya sehingga
menjadi tabel berikut.
Tabel 6,
Solusi Awal dengan Metode Simpleks
Basic
|
r
|
λ
|
X1
|
X2
|
X3
|
S1
|
S2
|
S3
|
S4
|
S5
|
Solusi
|
|
Z
|
1
|
-1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
X3
|
0
|
-0,1
|
1
|
0,5
|
1
|
-0,016
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
S2
|
0
|
3,2
|
28
|
19
|
28
|
0,032
|
1
|
0
|
0
|
0
|
31
|
9,6875
|
S3
|
0
|
6,2
|
28
|
29
|
28
|
0,032
|
0
|
1
|
0
|
0
|
64
|
10,3225
|
S4
|
0
|
6,2
|
33
|
34
|
38
|
0,032
|
0
|
1
|
1
|
0
|
64
|
10,3225
|
S5
|
0
|
4,2
|
28
|
29
|
28
|
0,032
|
0
|
0
|
0
|
1
|
42
|
10
|
Keterangan:
Variabel
masuk : λ
Variabel
Keluar : S2
Hasil
akhir dari metode ini diperoleh nilai optimum dengan λ = 0, Z = 66.42857, X1
= 1,107143, X2 = 0 dan X3 = 0.
Tabel 7,
Solusi Non-Fuzzy dengan Fuzzy
Solusi Non-Fuzzy
|
Solusi Fuzzy
|
Z = 60
|
Z = 66,42857
|
X1 = 1
|
X1 = 1,107143
|
X2 = 0
|
X2 = 0
|
X3 = 0
|
X3 = 0
|
Nilai Batasan
|
Nilai Batasan
|
1.30
|
1.33
|
2.60
|
2.66
|
3.60
|
3.66
|
4.40
|
4.44
|
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari
hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan
menggunakan program linear klasik waktu tempuh maksimum lebih kecil
dibandingkan dengan dengan fuzzy linier programming namun waktu tersebut tidak
dapat metoleransi jika terjadi penambahan atau pengurangan pada waktu tempuh.
2. Dari
hasil percoban dapat ditentukan tingkat kemacetan yang terjadi pada pagi hari
sangat memakan waktu tempuh sehingga dapat dipilih jenis kendaraan sepeda motor
kemudian taksi sedangkan angkot dan mobil pribadi memiliki rata – rata waktu
yang sama.
3. Dari
hasil percobaan masih banyak waktu tempuh yang diluar prediksi mulai dari lama
tidaknya kemacetan yang terjadi sehingga sangat dibutuhkan model yang lebih
kompleks lagi dari linier programming.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar