Syarat-syarat Perencanaan Jembatan yang Layak
1. Kekuatan dan stabilitas struktur (structural safety)
2. Keawetan dan kelayakan jangka panjang (durability)
3. Kemudahan pemeriksaan (inspectability)
4. Kemudahan pemeliharaan (maintainability)
5. Kenyamanan bagi pengguna jembatan (rideabiity)
6. Ekonomis
7. Kemudahaan pelaksanaan
8. Estetika
9. Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal
Peraturan-peraturan dalam Perencanaan Jembatan
a. Peraturan dan Standar
- BMS 92 : Bridge Management System, 1992
- BMS 93 : Lampiran A dan Penjelasan Bagian 1 - 9
- BMS 93 : Panduan Pengawasan dan Pelaksaan Jembatan
- Guidelines for the Installation, Inspection, Maintenance and Repair of Structural Supports for Highway Signs, Luminaires and Traffic Signals, FHWA NHI 05-036, March 2005
- Modifikasi Jembatan Bailey dengan Cara Perkuatan Cable
- Paduan Pengawasan dan Pelaksanaan Jembatan
- Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan - Persyaratan Tahan Gempa
- Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan
- RSNI T-02-2005 : Standar Pembebanan untuk Jembatan
- RSNI T-03-2005 : Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan
- RSNI T-04-2005 : Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan
- Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe Berlapis untuk Perletakkan Jembatan
- Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Sederhana Bentang 5 m sampai 25 m dengan Fondasi Tiang Pancang
- Standar Jembatan Bina Marga
- Standar Pembebanan untuk Jembatan Jalan Raya
- Standar Perencanaan Gempa untuk Jembatan
b. Slab on Grade
- Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
- Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (beton semen)
- Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
c. Reference
- FEMA : Federal Emergency Management Agency
- Precast Segmental Box Girder Bridges with External Prestressing, Design and Construction
- Preminary Design of precast
- Comprehensive Desing Example for Examples for Prestressed Concrete (PSC) Girder Superstructure Bridge, FHWA
- LRFD Design Example for Steel Superstructure Bridge, FHWA
- Extending Span Rougs of Precast Prestressed Concrete Girder, NHCRP
- Connection of Simple Span Precast Concrete Girder for Continuity, NCHRP
- Concrete Box-Girder Bridges, IABSE
Bagian-bagian Jembatan
Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar dan Prinsip-Prinsip Perencanaan Bangunan Bawah atau Pondasi Jembatan, 1998) Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu:
Keterangan:
1. Bangunan atas
2. Landasan (biasanya terletak pada pilar/abdument)
3. Bangunan bawah (memikul beban)
4. Pondasi
5. Optrit (terletak di belakang abdument)
6. Bangunan pengaman
Menurut (Siswanto, 1993) Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi dalam bagian utama, yaitu:
1. Struktur Atas
2. Struktur Bawah
3. Jalan Pendekat
4. Bangunan Pengaman
1. Struktur Atas (superstructrure)
- Trotoar, berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang melewati jembatan agar tidak terganggu lalu lintas kendaraan. Konstruksi trotoar direncanakan sebagai pelat beton yang diletakkan pada lantai jembatan bagian samping yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana pada pelat jalan.
- Slab lantai kendaraan, berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang menahan beban langsung lalu lintas yang melewati jembatan itu.
- Gelagar (girder), terdiri atas gelagar induk/memanjang dan gelagar melintang. Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya memanjang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Gelagar melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan.
- Balok diafragma, berfungsi mengakukan PCI girder dari pengaruh gaya melintang.
- Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)
- Andas atau perletakkan, merupakan perletakkan dari jembatan yang berfungsi untuk menahan beban berat baik yang vertikal maupun horizontal. Disamping itu juga untuk meredam getaran sehingga abutment tidak mengalami kerusakan.
- Tumpuan (bearing), karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama.
2. Struktur Bawah (substructure)
- Pangkal jembatan (abutment), merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai dinding penahan tanah. Bentuk abutment dapat berupa abutment tipe T terbalik yang dibuat dari beton bertulang.
- Pilar jembatan (pier), terletak di tengah jembatan yang memiliki kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka ke tanah. Sesuai dengan standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar.
- Drainase, berfungsi untuk membuat air hujan secepat mungkin dialirkan ke luar dari jembatan, sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama. Akibat terjadinya genangan air maka akan mempercepat kerusakan.
- Pondasi, berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar. pada perencanaan pondasi harus terlebih dahulu melihat kondisi tanahnya. Dari kondisi tanah ini dapat ditentukan jenis pondasi yang akan dipakai. Pembebanan pada pondasi terdiri dari atas pembebanan vertikal maupun lateral, dimana pondasi harus mampu menahan beban luar diatasnya maupun yang bekerja pada arah lateralnya.
Bentuk-bentuk Jembatan
- Jembatan Batang Kayu
- Jembatan Lengkung (arch bridge)
- Jembatan Alang (beam bridge)
- Jembatan Kerangka (truss bridge)
- Jembatan Gantung (suspension bridge)
- Jembatan Kabel Penahan (cable stayed bridge)
- Jembatan Penyangga (cantilever bridge)
- Jembatan Angkat (bascule bridge)
Beban-Beban Yang Bekerja Dalam Perencanaan Struktur Jembatan
Secara umum beban - beban yang dihitung dalam merencanakan jembatan dibagi atas dua yaitu beban primer dan beban sekunder. Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setipa perencanaan jembatan, sedangkan beban sekunder adalah beban sementara yang mengakibatkan tegangan - tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibat beban primer dan biasanya tergantung dari bentang, bahan, sistem kontruksi, tipe jembatan dan keadaan setempat. Beban primer jembatan mencakup beban mati, beban hidup dan beban kejut. Sedangkan Beban Sekunder terdiri dari beban angin, gaya rem, dan gaya akibat perbedaan suhu.
1. Beban Primer
a. Beban Mati
Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap mrupakan satu satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989). Dalam menentukan besarnya muatan mati harus dipergunakan nilai berat volume untuk bahan&bahan bangunan. Contoh beban mati pada jembatan berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, berat plesteran dll.
b. Beban Hidup
Yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang berasal dari berat kendaraan&kendaraan bergerak lalu lintas dan)atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Beban hidup yang ditinjau terdiri dari:
- Beban Pendestrian atau Pejalan Kaki
Jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban hidup merata pada trotoar yang besarnya tergantung pada luas bidang trotoar yang didukungnya.
- Beban Jalur Lalu Lintas
Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly Distributed Load) , UDL dan beban garis (Knife Edge Load) , UDL mempunyai intensitas q (KPA) yang besarnya tergantung pada panjang total L yang dibebani lalu&lintas.
c. Beban Kejut
Menurut Anonim (1987;10) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran&getaran dari pengaruh dinamis lainnya., tegangan & tegangan akibat beban garis (P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan beban terbagi rata (q) dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut.
2. Beban Sekunder
a. Beban Gaya Rem
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan.
b. Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul akibat pengaruh temperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya setengah dari selisih antara temperatur maksimum dan temperatur minimum rata-rata pada lantai jembatan.
c. Beban Gempa
Beban gempa yang di perhitungkan pada perencanaan yaitu Beban Gempa Statik Ekivalen.
d. Beban Angin
- Angin Yang Meniup Bidang Samping Jembatan
Gaya akibat angin yang meniup bidang samping jembatan dihitung dengan rumus:
TEW1 = 0.0006*Cw*(Vw)2*Ab kN
Dimana:
Cw = koefisien seret Cw = 1,25
Vw = Kecepatan angin rencana (m/det) Vw = 35,00 m/det
Ab = luas bidang samping jembatan (m2)
- Angin Yang Meniup Kendaraan
Gaya angin tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat beban angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan dihitung dengan rumus :
TEW2 = 0.0012*Cw*(Vw)2 * L / 2
dengan,
Cw = 1,20
Nama : Bagus Pabean
Kelas : 3TA06
NPM : 11316321
Dosen : I Kadek Bagus Widana Putra
Website Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Website Universitas Gunadarma
Komentar
Posting Komentar